Pages

Monday, May 4, 2015

Sebagai salah satu pelatih terbaik di generasinya, Louis van Gaal enggan menerapkan formasi baku demi mendapatkan permainan terbaik dari masing-masing tim besutannya.

Sebagai salah satu pelatih terbaik di generasinya, Louis van Gaal enggan menerapkan formasi baku demi mendapatkan permainan terbaik dari masing-masing tim besutannya.

Ketika memutuskan untuk kembali menangani timnas Belanda pada 2012 lalu, Louis van Gaal harus menyaksikan anak-anak asuhnya takluk 4-2 di tangan Belgia pada laga persahabatan. Kendati demikian, keputusan KNVB untuk menggantikan Bert van Marwijk mendapat dukungan dari banyak pihak. Apalagi, di bawah Van Marwijk, Oranje mencatat rekor buruk di perhelatan Euro 2012 karena tidak merengkuh satupun kemenangan dan memaksa mereka angkat koper lebih cepat.

PROFIL LOUIS VAN GAAL

Nama:
Tanggal Lahir:
Tempat Lahir:

Aloysius Paulus Maria van Gaal
8 Agustus 1951
Amsterdam

Harapan publik Belanda, dan para pecinta Oranje, pun bergantung pada sosok pria kelahiran 8 Agustus 1951 ini. Dan Van Gaal tidak mengecewakan para pendukungnya. Langkah pertamanya merombak tim mendapat sambutan positif dari publik Belanda. Van Gaal mengubah skema permainan defensif dan berorientasi hasil milik Van Marwijk dan mengembalikannya ke pola permainan cantik yang menjadi ciri khas Belanda.

Pecinta sepakbola Belanda segera melihat hasilnya. Oranje mencatat rekor 100 persen pada Kualifikasi Piala Dunia 2014 dan berhasil mengimbangi Jerman dan Italia. Bukan hanya itu, mereka pun kembali menampilkan permainan atraktif yang dicintai pendukung mereka

Keberhasilan Van Gaal mengeluarkan permainan terbaik dari anak-anak asuhnya sepertinya tidak terlalu mengejutkan publik. Bagaimanapun, inilah pria yang pernah membawa Ajax Amsterdam merengkuh tiga gelar Eredivisie berturut-turut pada 1994 hingga 1996. Bahkan, pada musim 1994-95, dia membawa Ajax tak terkalahkan sepanjang musim, baik di level klub maupun Eropa.

Van Gaal mengawali karirnya sebagai pelatih ketika menjadi asisten Leo Beenhakker pada 1986. Ketika Beenhakker meninggalkan tim pada 1991, dia segera mendapatkan promosi sebagai pelatih utama.

Mantan gelandang Ajax dan AZ ini sangat mendukung permainan menyerang dan menjunjung tinggi prinsip total football yang diperagakan Ajax dan timnas Belanda di era 1970-an lalu. Dia kerap merujuk Rinus Michels, sang pelopor Total Football, sebagai panutan dan referensinya dalam mengarsiteki tim.

Sebagai pelatih, filosofi Van Gaal adalah mendominasi permainan dengan menguasai bola. Seperti diutarakan dalam buku 'The Coaching Philosophies of Louis van Gaal' yang ditulis oleh Henry Kormelink dan Tjeu Seeverens, dalam setiap pertandingan Van Gaal membidik angka possession hingga 52%. Meskipun penguasaan bola tidak selalu menjamin kemenangan, tapi pola permainan ini memungkinkan para pemainnya menghemat energi karena memaksa pemain lawan terus berlari mengejar bola.

Louis van Gaal | Selalu beradaptasi dan menganalisa formasi terbaik di setiap tim 

Filosofi Van Gaal itu diterapkan dalam formasi 4-3-3 maupun 3-3-1-3, terutama ketika Ajax mendominasi pertandingan. Meski demikian, bukan berarti Van Gaal menjadi fanatik penganut formasi ini.

Ketika memetik sukses bersama Bayern Munich dengan merebut gelar juara Bundesliga 2009-10, dia menerapkan formasi 4-2-3-1, yang menjadi dasar formasi yang terus digunakan Bayern hingga hari ini. Sementara, bersama Barcelona, yang dipimpinnya menjuarai dua gelar La Liga (1997-98 dan 1998-99), Van Gaal menerapkan formasi 2-3-2-3 yang menitikberatkan pada dominasi lini tengah.

Bagi Van Gaal, setiap formasi skuat tidak hanya bergantung kepada pemikiran pelatih, tapi juga deretan pemain yang tersedia dalam tim. Tidak heran, formasi yang diterapkan Van Gaal berbeda di setiap klub yang ditanganinya, bergantung pada potensi pemain masing-masing.

"Ini lebih merupakan filosofi sepakbola, bukan sekadar formasi. Sebuah sistem bergantung pada pemain yang anda miliki. Saya menerapkan formasi 4-3-3 bersama Ajax, 2-3-2-3 dengan Barcelona dan saya bisa menerapkan 4-4-2 bersama AZ. Saya fleksibel. Tapi filosofinya tetap sama," jelas Van Gaal dalam wawancaranya bersama FIFA.com pada 2008 lalu.

"Saya pikir anda tidak bisa mengadaptasi filosofi ini di setiap situasi. Anda membutuhkan mindset yang tepat, dan itu bergantung pada bagaimana pemain memandang pelatih dan sebaliknya."

Van Gaal tidak selalu meraih sukses dengan tim yang diasuhnya. Ketika pertama kali membesut Belanda pada 2000 lalu, dia gagal membawa tim melaju ke putaran final Piala Dunia 2002 sehingga akhirnya memutuskan mundur dan digantikan oleh Dick Advocaat.

Namun, dalam periode keduanya mengarsiteki Belanda, tampaknya para pecinta Oranje bisa optimistis dengan peluang yang dimiliki tim kesayangan mereka. Lewat fleksibilitas yang dimiliki Van Gaal, dia memastikan untuk mengeluarkan potensi terbaik masing-masing tim yang dia pimpin. Selain itu, dia juga secara teguh mengusung permainan atraktif sehingga pemain tidak hanya berorientasi untuk menang, melainkan menang dengan cara terbaik.

No comments:

Post a Comment