Tugas Nge post dari pa bima sudah selesai di post semuannya. hahahahahhaha :D :D.
Pada tanggal 4-5-2015 pada jam 17.05 PM WIB.
TTD:
RYAN ADITYA
Monday, May 4, 2015
SELESAI,BERSAMBUNG
alhamdulillah...................!
Tugas Nge post dari pa bima sudah selesai di post semuannya. hahahahahhaha :D :D.
Pada tanggal 4-5-2015 pada jam 17.05 PM WIB.
TTD:
RYAN ADITYA
Tugas Nge post dari pa bima sudah selesai di post semuannya. hahahahahhaha :D :D.
Pada tanggal 4-5-2015 pada jam 17.05 PM WIB.
TTD:
RYAN ADITYA
Investor Baru, Milan Incar Falcao
Investor Baru, Milan Incar Falcao
AC Milan disebut tengah mengejar tanda tangan strikerManchester United, Radamel Falcao.
Pemain Kolombia tersebut tengah dipinjam United dari AS Monaco dan sepertinya yang bersangkutan tidak akan dipermanenkan di musim kompetisi yang akan datang.
Tuttosport mengatakan bahwa AC Milan bisa jadi mulai bergerak mendapatkan Falcao, andai pengusaha asal Thailand, Bee Taechaubol, menyelesaikan proses pengambilalihan saham mayoritas klub dalam waktu dekat.
Teachaubol dikabarkan tengah berada di tengah proses untuk membeli AC Milan, yang kini tengah terpuruk di papan tengah klasemen sementara Serie A musim ini.
Falcao, yang banyak mengalami kesulitan di masa peminjamannya di Manchester United musim ini, hanya mencetak empat gol di 23 penampilannya dan tengah masuk dalam daftar pemain incaran Mr. Bee.(tut/rer)
Louis Van Gaal Kangen Striker Yang Bisa Cetak Gol
Louis Van Gaal Kangen Striker Yang Bisa Cetak Gol
Manajer Manchester United, Louis van Gaal, merasa sedih melihat barisan depan yang dimiliki sekarang. Mulai dari Wayne Rooney, Robin van Persie, Radamel Falcao, akhir-akhir ini tak menunjukkan ketajamannya. Oleh karena itu, mantan pelatih Timnas Belanda tersebut mengaku kangen punya striker yang bisa cetak gol. Kemandulan yang melanda striker pasukan menjadi salah satu faktor 'Setan Merah' menelan tiga kekalahan secara beruntun di pertandingan terakhir, termasuk kekalahan mengejutkan di Old Trafford ketika menjamu West Brom akhir pekan kemarin. Rangkaian hasil buruk tersebut membuat MU kini hanya berjarak empat poin dari Liverpool yang duduk di peringkat empat. Yang lebih menyedihkan lagi, di dalam tiga kekalahan tersebut, pasukan van Gaal tak mencetak gol sebiji pun. Manajer asal Belanda itu mulai mengkhawatirkan barisan depannya. Ia pun mengatakan ingin melihat striker Manchester United bisa cetak gol lagi. "Saya merindukan striker yang bisa mencetak gol." sebut van Gaal sebagaimana dilansir Fotmob. "Apakah Van Persie, Falcao, atau Wayne Rooney yang bisa mencetak gol, saya sangat senang dan seluruh tim pun senang, " tegasnya. Saat ini, Rooney sebagai top skor MU menorehkan 12 gol, Robin van Persie mengantongi 10 gol, dan pemain pinjaman dari Monaco Radamel Falcao baru mencatatkan 4 gol.
David de Gea bakal menolak tawaran menggiurkan dari Real Madrid
Manchester United
Sebagai salah satu pelatih terbaik di generasinya, Louis van Gaal enggan menerapkan formasi baku demi mendapatkan permainan terbaik dari masing-masing tim besutannya.
Sebagai salah satu pelatih terbaik di generasinya, Louis van Gaal enggan menerapkan formasi baku demi mendapatkan permainan terbaik dari masing-masing tim besutannya.
Ketika memutuskan untuk kembali menangani timnas Belanda pada 2012 lalu, Louis van Gaal harus menyaksikan anak-anak asuhnya takluk 4-2 di tangan Belgia pada laga persahabatan. Kendati demikian, keputusan KNVB untuk menggantikan Bert van Marwijk mendapat dukungan dari banyak pihak. Apalagi, di bawah Van Marwijk, Oranje mencatat rekor buruk di perhelatan Euro 2012 karena tidak merengkuh satupun kemenangan dan memaksa mereka angkat koper lebih cepat.
Harapan publik Belanda, dan para pecinta Oranje, pun bergantung pada sosok pria kelahiran 8 Agustus 1951 ini. Dan Van Gaal tidak mengecewakan para pendukungnya. Langkah pertamanya merombak tim mendapat sambutan positif dari publik Belanda. Van Gaal mengubah skema permainan defensif dan berorientasi hasil milik Van Marwijk dan mengembalikannya ke pola permainan cantik yang menjadi ciri khas Belanda.
Pecinta sepakbola Belanda segera melihat hasilnya. Oranje mencatat rekor 100 persen pada Kualifikasi Piala Dunia 2014 dan berhasil mengimbangi Jerman dan Italia. Bukan hanya itu, mereka pun kembali menampilkan permainan atraktif yang dicintai pendukung mereka
Keberhasilan Van Gaal mengeluarkan permainan terbaik dari anak-anak asuhnya sepertinya tidak terlalu mengejutkan publik. Bagaimanapun, inilah pria yang pernah membawa Ajax Amsterdam merengkuh tiga gelar Eredivisie berturut-turut pada 1994 hingga 1996. Bahkan, pada musim 1994-95, dia membawa Ajax tak terkalahkan sepanjang musim, baik di level klub maupun Eropa.
Van Gaal mengawali karirnya sebagai pelatih ketika menjadi asisten Leo Beenhakker pada 1986. Ketika Beenhakker meninggalkan tim pada 1991, dia segera mendapatkan promosi sebagai pelatih utama.
Mantan gelandang Ajax dan AZ ini sangat mendukung permainan menyerang dan menjunjung tinggi prinsip total football yang diperagakan Ajax dan timnas Belanda di era 1970-an lalu. Dia kerap merujuk Rinus Michels, sang pelopor Total Football, sebagai panutan dan referensinya dalam mengarsiteki tim.
Sebagai pelatih, filosofi Van Gaal adalah mendominasi permainan dengan menguasai bola. Seperti diutarakan dalam buku 'The Coaching Philosophies of Louis van Gaal' yang ditulis oleh Henry Kormelink dan Tjeu Seeverens, dalam setiap pertandingan Van Gaal membidik angka possession hingga 52%. Meskipun penguasaan bola tidak selalu menjamin kemenangan, tapi pola permainan ini memungkinkan para pemainnya menghemat energi karena memaksa pemain lawan terus berlari mengejar bola.
Louis van Gaal | Selalu beradaptasi dan menganalisa formasi terbaik di setiap tim
Filosofi Van Gaal itu diterapkan dalam formasi 4-3-3 maupun 3-3-1-3, terutama ketika Ajax mendominasi pertandingan. Meski demikian, bukan berarti Van Gaal menjadi fanatik penganut formasi ini.
Ketika memetik sukses bersama Bayern Munich dengan merebut gelar juara Bundesliga 2009-10, dia menerapkan formasi 4-2-3-1, yang menjadi dasar formasi yang terus digunakan Bayern hingga hari ini. Sementara, bersama Barcelona, yang dipimpinnya menjuarai dua gelar La Liga (1997-98 dan 1998-99), Van Gaal menerapkan formasi 2-3-2-3 yang menitikberatkan pada dominasi lini tengah.
Bagi Van Gaal, setiap formasi skuat tidak hanya bergantung kepada pemikiran pelatih, tapi juga deretan pemain yang tersedia dalam tim. Tidak heran, formasi yang diterapkan Van Gaal berbeda di setiap klub yang ditanganinya, bergantung pada potensi pemain masing-masing.
"Ini lebih merupakan filosofi sepakbola, bukan sekadar formasi. Sebuah sistem bergantung pada pemain yang anda miliki. Saya menerapkan formasi 4-3-3 bersama Ajax, 2-3-2-3 dengan Barcelona dan saya bisa menerapkan 4-4-2 bersama AZ. Saya fleksibel. Tapi filosofinya tetap sama," jelas Van Gaal dalam wawancaranya bersama FIFA.com pada 2008 lalu.
"Saya pikir anda tidak bisa mengadaptasi filosofi ini di setiap situasi. Anda membutuhkan mindset yang tepat, dan itu bergantung pada bagaimana pemain memandang pelatih dan sebaliknya."
Van Gaal tidak selalu meraih sukses dengan tim yang diasuhnya. Ketika pertama kali membesut Belanda pada 2000 lalu, dia gagal membawa tim melaju ke putaran final Piala Dunia 2002 sehingga akhirnya memutuskan mundur dan digantikan oleh Dick Advocaat.
Namun, dalam periode keduanya mengarsiteki Belanda, tampaknya para pecinta Oranje bisa optimistis dengan peluang yang dimiliki tim kesayangan mereka. Lewat fleksibilitas yang dimiliki Van Gaal, dia memastikan untuk mengeluarkan potensi terbaik masing-masing tim yang dia pimpin. Selain itu, dia juga secara teguh mengusung permainan atraktif sehingga pemain tidak hanya berorientasi untuk menang, melainkan menang dengan cara terbaik.
Ketika memutuskan untuk kembali menangani timnas Belanda pada 2012 lalu, Louis van Gaal harus menyaksikan anak-anak asuhnya takluk 4-2 di tangan Belgia pada laga persahabatan. Kendati demikian, keputusan KNVB untuk menggantikan Bert van Marwijk mendapat dukungan dari banyak pihak. Apalagi, di bawah Van Marwijk, Oranje mencatat rekor buruk di perhelatan Euro 2012 karena tidak merengkuh satupun kemenangan dan memaksa mereka angkat koper lebih cepat.
| PROFIL LOUIS VAN GAAL | ||
|
Harapan publik Belanda, dan para pecinta Oranje, pun bergantung pada sosok pria kelahiran 8 Agustus 1951 ini. Dan Van Gaal tidak mengecewakan para pendukungnya. Langkah pertamanya merombak tim mendapat sambutan positif dari publik Belanda. Van Gaal mengubah skema permainan defensif dan berorientasi hasil milik Van Marwijk dan mengembalikannya ke pola permainan cantik yang menjadi ciri khas Belanda.
Pecinta sepakbola Belanda segera melihat hasilnya. Oranje mencatat rekor 100 persen pada Kualifikasi Piala Dunia 2014 dan berhasil mengimbangi Jerman dan Italia. Bukan hanya itu, mereka pun kembali menampilkan permainan atraktif yang dicintai pendukung mereka
Keberhasilan Van Gaal mengeluarkan permainan terbaik dari anak-anak asuhnya sepertinya tidak terlalu mengejutkan publik. Bagaimanapun, inilah pria yang pernah membawa Ajax Amsterdam merengkuh tiga gelar Eredivisie berturut-turut pada 1994 hingga 1996. Bahkan, pada musim 1994-95, dia membawa Ajax tak terkalahkan sepanjang musim, baik di level klub maupun Eropa.
Van Gaal mengawali karirnya sebagai pelatih ketika menjadi asisten Leo Beenhakker pada 1986. Ketika Beenhakker meninggalkan tim pada 1991, dia segera mendapatkan promosi sebagai pelatih utama.
Mantan gelandang Ajax dan AZ ini sangat mendukung permainan menyerang dan menjunjung tinggi prinsip total football yang diperagakan Ajax dan timnas Belanda di era 1970-an lalu. Dia kerap merujuk Rinus Michels, sang pelopor Total Football, sebagai panutan dan referensinya dalam mengarsiteki tim.
Sebagai pelatih, filosofi Van Gaal adalah mendominasi permainan dengan menguasai bola. Seperti diutarakan dalam buku 'The Coaching Philosophies of Louis van Gaal' yang ditulis oleh Henry Kormelink dan Tjeu Seeverens, dalam setiap pertandingan Van Gaal membidik angka possession hingga 52%. Meskipun penguasaan bola tidak selalu menjamin kemenangan, tapi pola permainan ini memungkinkan para pemainnya menghemat energi karena memaksa pemain lawan terus berlari mengejar bola.
Louis van Gaal | Selalu beradaptasi dan menganalisa formasi terbaik di setiap tim Filosofi Van Gaal itu diterapkan dalam formasi 4-3-3 maupun 3-3-1-3, terutama ketika Ajax mendominasi pertandingan. Meski demikian, bukan berarti Van Gaal menjadi fanatik penganut formasi ini.
Ketika memetik sukses bersama Bayern Munich dengan merebut gelar juara Bundesliga 2009-10, dia menerapkan formasi 4-2-3-1, yang menjadi dasar formasi yang terus digunakan Bayern hingga hari ini. Sementara, bersama Barcelona, yang dipimpinnya menjuarai dua gelar La Liga (1997-98 dan 1998-99), Van Gaal menerapkan formasi 2-3-2-3 yang menitikberatkan pada dominasi lini tengah.
Bagi Van Gaal, setiap formasi skuat tidak hanya bergantung kepada pemikiran pelatih, tapi juga deretan pemain yang tersedia dalam tim. Tidak heran, formasi yang diterapkan Van Gaal berbeda di setiap klub yang ditanganinya, bergantung pada potensi pemain masing-masing.
"Ini lebih merupakan filosofi sepakbola, bukan sekadar formasi. Sebuah sistem bergantung pada pemain yang anda miliki. Saya menerapkan formasi 4-3-3 bersama Ajax, 2-3-2-3 dengan Barcelona dan saya bisa menerapkan 4-4-2 bersama AZ. Saya fleksibel. Tapi filosofinya tetap sama," jelas Van Gaal dalam wawancaranya bersama FIFA.com pada 2008 lalu.
"Saya pikir anda tidak bisa mengadaptasi filosofi ini di setiap situasi. Anda membutuhkan mindset yang tepat, dan itu bergantung pada bagaimana pemain memandang pelatih dan sebaliknya."
Van Gaal tidak selalu meraih sukses dengan tim yang diasuhnya. Ketika pertama kali membesut Belanda pada 2000 lalu, dia gagal membawa tim melaju ke putaran final Piala Dunia 2002 sehingga akhirnya memutuskan mundur dan digantikan oleh Dick Advocaat.
Namun, dalam periode keduanya mengarsiteki Belanda, tampaknya para pecinta Oranje bisa optimistis dengan peluang yang dimiliki tim kesayangan mereka. Lewat fleksibilitas yang dimiliki Van Gaal, dia memastikan untuk mengeluarkan potensi terbaik masing-masing tim yang dia pimpin. Selain itu, dia juga secara teguh mengusung permainan atraktif sehingga pemain tidak hanya berorientasi untuk menang, melainkan menang dengan cara terbaik.
Kostum Terbaik dan Terburuk Manchester United Dalam 25 Tahun Terakhir
Kostum Terbaik dan Terburuk Manchester United Dalam 25 Tahun Terakhir
Menurut sejumlah laporan, Nike, Adidas, Puma dan Warrior, mencoba memenangkan kontrak untuk memproduksi kostum terbaru Manchester United, dengan kesepakatan mereka saat ini bersama Nike akan berakhir pada akhir musim depan.
Siapa pun yang mendapatkan kontrak akan memiliki pekerjaan membuat kostum yang bersejarah yang dapat dikenang oleh pendukung United.
Selama 25 tahun, telah tercipta beberapa kostum dengan motif dan warna berbeda yang digunakan The Red Devils dan untuk mengingatnya berikut kami sajikan beberapa kostum terbaik dan kostum terburuk milik 'Setan Merah':
Kostum Terbaik United Dalam 25 Tahun Terakhir
Kostum Ketiga Hitam Musim 1993/1994
Pada musim 1993/1994 Manchester United mengusung warna hitam seluruhnya untuk kostum tandang mereka. Kostum ini disebut sebagai salah satu kostum terbaik yang pernah mereka gunakan.
Sedikit warna biru dan kuning yang melengkapi kostum ini benar-benar menambah kesan elegan.
Kostum Kandang Merah Musim 2007/2008
Jersey yang dikenakan tahun 2008 di final Liga Champions ini memiliki keseimbangan atau komposisi warna yang tepat. Kostum ini menampilkan warna merah yang indah dan garis putih yang bagus di bagian belakang pada kostum yang sedikit lebih baik dibanding kostum yang dikenakan The Red Debils di musim 2006/2007.
Kostum Ketiga Hitam Musim 2007/2008
Kostum United yang satu ini menjadi salah satu yang paling bagus. Kostum berwarna hitam identik di desain untuk kostum kandang berwarna merah. Kostum ini memiliki strip merah di sepanjang bahu dan dengan garis putih yang cukup tajam.
Kostum Tandang Adidas Biru dan Putih, 1990-1991
Meski terlihat menumpuk dengan motif yang digunakan, namun kostum retro ini menjadi salah satu pilihan tertinggi jajak pendapat yang dilakukan oleh Joe.ie.
Kostum Ketiga Hitam dan Biru Musim 2013/2014
Pola karpet membuat kostum ini terlihat hangat dan bersahaja. Tampaknya kostum ini memperbaiki tampilan kostum kandang United yang keliru musim lalu.
Kostum Terburuk United Dalam 25 Tahun Terakhir
Kostum Ketiga Abu-abu Musim 1995/1996
Tak terbantahkan ini merupakan kostum terburuk Manchester United sepanjang masa. Kenangan yang buruk tercipta saat mereka menggunakan kostum ini. Kala itu, tim asuhan Sir Alex Ferguson sudah tertinggal dengan skor 3-0 di babak pertama saat melawan Southampton.
Meski sempat berganti kostum saat memasuki babak kedua, United tetap harus menelan kekalahan 3-1. Pada akhirnya, kostum abu-abu ini tak lagi digunakan.
Kostum Reversible Ketiga, 2001/2002
Anda mengingat kostum ini? Layaknya sulap, kostum ini bisa dibolak-balik. Kostum ‘centenary’ ini bisa berubah menjadi warna emas atau warna putih. Hal ini membuat kostum menjadi lebih tebal dan lebih berat.
Kostum Ketiga Biru Musim 1996/1997
United menggunakan warna biru untuk final European Cup. Hal yang cukup menganggu adalah logo besar yang dicetak di tengah-tengah kostum.
Kostum Hijau dan Emas, 1993-1994
Warna hijau dan emas yang dipadukan menjadi satu dalam kostum ini tampak menganggu penglihatan. Bagian kerah dibuat dengan desain sedemikian rupa yang juga terlihat sangat aneh.
Kostum Kandang Merah Musim 2012/2013
Kostum United musim lalu disebut-sebut menjadi salah satu yang terburuk. Kostum ini memiliki motif kotak-kotak layaknya rok pria di Skotlandia, negara asal manajer The Red Devils saat itu Sir Alex Ferguson. Banyak fans yang cukup kecewa saat mengetahui tampilan kostum musim 2012/2013 ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)